Kesehatan mental adalah isu yang banyak dibahas akhir-akhir ini, terutama setelah ditemukan banyaknya kasus gangguan kesehatan mental yang terjadi di kalangan orang-orang berusia muda. Di zaman sekarang, gangguan kesehatan mental bisa terjadi pada siapa saja, terutama orang yang sulit beradaptasi dengan perubahan.
Walau tidak mengakibatkan kematian secara langsung, gangguan kesehatan mental bisa menyebabkan penderitaan berkepanjangan, baik bagi penderita, keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
Kesehatan mental sendiri dibutuhkan agar seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga dapat menyadari kemampuannya sendiri, mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi untuk orang-orang lain. Menurut WHO, seseorang dikatakan sehat mentalnya jika ia sehat utuh secara fisik, rohani dan sosial.
Gangguan kesehatan mental kebanyakan sulit dikenali, dan seringkali tidak disadari oleh penderitanya sendiri. Berbagai jenis gangguan kesehatan mental bahkan lebih dapat dideteksi oleh orang terdekat. Apa saja gangguan kesehatan mental yang sering terjadi?
Rasa gelisah atau tegang yang berlebihan dan terus menerus
Ketegangan otot atau tremor
Kesulitan berkonsentrasi atau mudah terganggu
Sulit tidur atau gangguan tidur lainnya
Kelelahan berlebihan
Ketegangan fisik yang menyebabkan sakit kepala, nyeri otot, atau gangguan pencernaan
Ketakutan terhadap hal-hal yang tidak rasional atau tidak proporsional
Napas tersengal-sengal atau sesak napas
Gelisah dan sulit tenang
Perubahan nafsu makan
Gangguan tidur (bisa berlebihan atau kurang dari lama tidur biasanya)
Menurunnya kemampuan berkonsentrasi
Ketidakmampuan membuat keputusan
Rasa tidak tenang
Perasaan tidak berguna
Merasa bersalah atau putus asa
Memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
Mendengar suara-suara yang hanya didengar oleh dirinya sendiri
Bicara dan tertawa sendiri tanpa sebab
Curiga berlebihan
Merasa dirinya seseorang yang hebat, seperti presiden atau malaikat
Bicara kacau yang sulit dimengerti
Marah-marah tanpa sebab dan mengamuk
Terlalu menyendiri, tidak mau bergaul
Tidak mau mandi, tidak menjaga kebersihan diri, dan buang air besar/kecil sembarangan.
Salah satu contoh gangguan psikosis adalah Skizofrenia, yang merupakan gangguan jiwa kronis, ditandai dengan terganggunya kemampuan menilai realita, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, merasa, dan bertindak. Penderita skizofrenia dapat mengalami penurunan fungsi dan kemampuan dalam pekerjaan, sekolah, maupun kehidupan sosialnya.
Ciri-ciri orang yang mengalami skizofrenia meliputi
Halusinasi, seperti mendengar suara, melihat bayangan atau bentuk, mencium bau seperti darah, urin, atau feses, serta merasakan rasa yang tidak enak.
Enggan bersosialisasi dan menarik diri dari lingkungan sosial.
Mati rasa dan kehilangan motivasi, sehingga kurang merawat diri.
Menurut WHO, beberapa hal yang berpotensi menjadi faktor risiko penyebab gangguan kesehatan mental dan kejiwaan antara lain
Beberapa faktor di atas saling mempengaruhi, dan sulit untuk menunjuk salah satu faktor sebagai penyebab utama. Dengan demikian, untuk kepentingan pengobatan tidak diperlukan fokus berlebihan pada satu faktor, sehingga mengabaikan faktor lainnya.
Mensana in corpore sano, dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Kita dapat menghindari faktor risiko gangguan kesehatan mental dengan melakukan hal-hal berikut:
Menjaga kesehatan fisik dengan berolahraga dan pola makan yang sehat.
Beristirahat cukup.
Membangun kebiasaan berpikir positif.
Membangun kemampuan menghadapi masalah.
Menghindari kebiasaan buruk yang dapat memicu stress.
Membangun dukungan sosial yang positif.
Mencari bantuan profesional jika dibutuhkan.
Gangguan kesehatan mental bukan vonis atau stigma yang harus dihindari. Dengan penanganan yang baik, gangguan kesehatan mental bisa diatasi, antara lain dengan
Raih kesempatan untuk menyehatkan jiwa dan raga dengan menjalankan ibadah puasa. Aktivitas berpuasa dan berdoa, selain meningkatkan nilai keagamaan, juga mendekatkan kita dengan Rasulullah SAW serta memperkuat keyakinan.
Selama berpuasa, kita tidak hanya diwajibkan menahan diri untuk tidak makan dan minum sejak matahari terbit hingga terbenam, tetapi juga mengontrol emosi. Ketika seseorang dapat mengontrol emosinya, tubuh mengeluarkan hormon endorfin yang dapat memicu perasaan bahagia. Peningkatan produksi hormon ini dapat membuat mood lebih baik, mencegah depresi dan mengurangi gangguan kecemasan.
Di bulan Ramadan, kita juga banyak melakukan amal sosial, seperti bersedekah, memberi infaq, menyerahkan zakat fitrah, dan memberikan bantuan kemanusiaan lainnya. Hal ini juga memperkuat nilai sosial dan tali silaturahmi dengan masyarakat dan orang-orang di sekitar.
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini